Akhlak Rasulullah dalam Keberanian, Kelembutan, dan Kemuliaan Akhlak

Penulis:

Asy-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah

Dan dalam hal keberanian: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah orang yang paling pemberani, dan orang yang paling pertama bertekad kuat dan ingin maju. Jika orang-orang lari, Dia shallallahu ‘alaihi wa sallam  tetap saja menetap pada tempatnya, ‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib berkata:

“Ketika kaum muslimin saling bertemu dengan orang-orang kafir –yakni pada perang Hunain- kaum muslimin lari berhamburan, adapun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan cepat melompat ke atas seekor baghlah [1] menuju ke rombongan orang-orang kafir, sedangkan aku berusaha mengambil tali kekangnya, aku menariknya dengan harapan agar tidak lari dengan kencang. Dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ketika itu berkata:

أنا النبي لا كذب ، أنا ابن عبد المطلب

Aku seorang Nabi takkan dusta, Akulah putra ‘Abdil Muththalib [2]”.

Ali bin Abi Thalib berkata: “Kita dahulu, jika api peperangan telah panas berkecamuk, dan kaum muslimin telah bertemu dengan para musuh, kita berlindung dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dan tidak ada seorang pun yang lebih dekat dengan musuh dari Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam” [3].

Anas bin Malik berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah orang yang paling baik, paling dermawan, dan paling pemberani. Sungguh, pada suatu malam penduduk kota Madinah ketakutan, orang-orang pun berlarian menuju ke arah suara, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ketika sedang pulang bertemu dengan mereka – dan beliau telah mendahului mereka kepada suara tersebut – sedang beliau berada di atas kuda milik Abu Thalhah yang tidak berpelana dengan pedang di lehernya seraya berkata: “Janganlah kalian takut, janganlah kalian takut!”, Anas berkata: “Kita pun mendapatinya berlari kencang” [4], atau: “Sesungguhnya kudanya berlari kencang sedang sebelumnya berlari dengan pelan [5].

Adapun kelembutan dan kemuliaan akhlaqnya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, sungguh, beliau adalah seorang yang lembut dan penyayang. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bukanlah orang yang keji dalam perkataan dan perbuatan, dan bukan pula orang yang suka berbuat kekejian [6]. Dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bukanlah orang yang suka berteriak-teriak di pasar. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak mau membalas suatu kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi Dia malah memaafkan dan mengampuni [7].

Anas bin Malik berkata: “Aku pernah menjadi pembantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam selama sepuluh tahun. Demi Allah, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah berkata kepadaku “ah” sama sekali, dan tidak pula beliau bertutur kepadaku: “Mengapa engkau berbuat demikian?”, atau: “Mengapa engkau tidak berbuat demikian?”[8].

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dahulunya pun bercanda dengan para sahabatnya, bergaul dan juga berbincang-bincang dengan mereka. Dia Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bermain-main dengan anak-anaknya para sahabat dan menempatkan mereka di kamar beliau. Dan terkadang ada seorang anak yang kencing di dalam kamarnya, akan tetapi Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak berlaku keras padanya[9].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga selalu memenuhi setiap undangan yang datang dari orang yang merdeka ataupun dari orang yang masih menjadi budak belian atau hamba sahaya, dari yang kaya juga dari yang miskin. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mau menjenguk orang yang sakit meskipun berada di ujung kota Madinah, dan juga mau menerima udzur atau alasan dari orang yang memintanya [10]. Dan jika beliau mendengar suara tangis bayi sedang beliau menjadi imam dalam shalatnya bersama para sahabat, beliau pun mempercepat shalatnya karena khawatir akan menyusahkan ibunya [11].

Dan pernah juga dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam shalat
dengan menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam anak dari Abul ‘Ash bin ar-Rabi’. Jika berdiri Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menggendongnya, dan jika hendak sujud Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam meletakkannya [12].

Abu Buraidah berkata: Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam pernah berkhutbah di hadapan kami, ketika itu datanglah
Hasan dan Husain memakai baju merah, keduanya berjalan dan hampir terjatuh. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun turun dari mimbar lalu menggendong keduanya dan meletakkan keduanya di hadapannya, lalu beliau berkata: “Maha benar Allah
َ

أَنَّمَآ أَمۡوَٲلُڪُمۡ وَأَوۡلَـٰدُكُمۡ فِتۡنَةٌ۬

bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan.”(QS. al-Anfaal: 28), aku pun melihat kedua anak kecil ini sedang berjalan dan hampir terjatuh, maka aku tidak bisa sabar lagi, sehingga aku memutus khutbahku dan kuangkat keduanya [13]”.

Hasan bin Ali berkata: “Aku bertanya kepada ayahku tentang kisah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ketika bersama teman-teman duduknya, lalu dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam adalah orang yang selalu bermuka ceria, lembut akhlaqnya, kalem, tidak berlaku keras dan berhati kasar, bukan orang yang suka teriak-teriak, tidak suka mencela atau memaki, dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga tidak kikir. Selalu melalaikan apa-apa yang tidak ia suka, tidak pernah membuat putus asa orang yang berharap kepadanya, dan tidak pula membuatnya rugi.

Dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam meninggalkan tiga perkara: debat kusir, berlebih-lebihan dan meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat. Dia juga meninggalkan orang-orang pada tiga perkara: tidak pernah mencela seseorang ataupun menjelek-jelekannya, tidak mencari-cari aib seseorang, dan tidak mau berbicara kecuali dalam hal yang membuahkan pahala.

Jika Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata, dapat membuat sahabatnya terdiam seolah-olah terdapat burung di atas kepala mereka [14]. Kemudian jika Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam diam, baru para sahabat mulai berbicara, dan mereka tidak pernah berbantah-bantahan tentang suatu pembicaraan di sisi Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Jika ada seseorang yang angkat pembicaraan di sisi Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, para sahabat yang lain menyuruh orang tersebut untuk diam sejenak sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam selesai bicara.

Pembicaraan mereka menurut Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah pembicaraan pertama mereka. Jika mereka tertawa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ikut tertawa, dan jika mereka merasa takjub atau heran terhadap sesuatu, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun merasa demikian juga. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabar ketika menghadapi orang asing yang bengis dan kasar dalam perkataan dan pertanyaannya, sampai-sampai para sahabat berharap agar ada orang asing datang kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan bertanya, sehingga mereka bisa ikut mengambil faedah dari pertanyaan-pertanyaannya, dan beliau berkata:

إذا رأيتم طالب حاجة يطلبها فأرفدوه , ولا يقبل الثناء إلا من مكافئ , ولا
يقطع على أحد حديثه حتى يجوز , فيقطعه بنهي أو قيام

Jika kalian melihat seseorang yang membutuhkan bantuan, maka bantulah dia untuk memperoleh kebutuhannya, dan tidak boleh menerima sanjungan kecuali dari orang yang memberi upah, dan tidak boleh memotong perkataan seseorang sampai ia mempersilahkannya, sampai pembicaraannya selesai atau terpotong dengan berdiri [15]”.

_________

Footnote

1 Hewan hasil perkawinan silang antara kuda dan keledai -pent.

2 Dikeluarkan oleh Imam Muslim, No (76) di Kitaabul Jihaad Was Siar. Dan juga dikeluarkan oleh Imam Bukhari dengan lafadz seperti itu dari hadits al-Barraa’ bin ‘Aajib, No (2864) di Kitaabul Jihaad, dan No (4315 & 4317) di Kitaabul Maghaazii.

3 Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di kitabnya al-Musnad (1 / 156), dan oleh Muslim sama seperti itu, No (79) di Kitaabul Jihaad, dari hadits al-Barraa’ bin ‘Aazib.

4 Arti ucapan Anas: Kita mendapatinya berlari kencang, yaitu: Mereka mendapati kuda tersebut berlari kencang sekali, sedangkan sebelumnya berlari pelan.

5 Dikeluarkan oleh Bukhari, No (2908) di Kitaabul Jihaad Was Siar, dan No (6033) di Kitaabul Adab, dan Muslim, No (48) di Kitaabul Fadhaa-il. Imam Nawawi berkata dalam kitabnya Syarh Shahihi Muslim (15, 67, 68): “Dan di dalam hadits tersebut terdapat beberapa faedah:

– Di antaranya penjelasan tentang keberanian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersegera keluar menghadapi musuh sebelum orang lain melakukannya, dimana Dia shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap keadaan, lalu kembali pulang sebelum sampainya orang-orang kerumah-rumah mereka.

– Dan dalam hadits ini juga terdapat penjelasan tentang agungnya
berkah dan mu’jizat Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika kudanya berubah menjadi berlari cepat yang mana sebelumnya sangat lambat, dan ini adalah arti dari perkataan: Kita mendapatinya
berlari kencang: yakni bebas berlari.

6 Sebagaimana hadits ‘Abdullah bin ‘Amr. Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (3559) di Kitaabul Manaaqib, dan No (6029, 6035) di Kitaabul Adab. Dan Imam Muslim, No (68) di Kitaabul Fadhaa-il.

7 Sebagaimana hadits ‘Atho’ bin Yasaar, ia berkata: Aku bertemu ‘Abdullah bin ‘Amr lalu aku berkata: Kabarkan padaku tentang sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kitab Taurat. Dia berkata: “Baiklah, demi Allah, sesungguhnya Beliau disifati dalam Taurat dengan beberapa sifat yang ada dalam Al-Furqan (Al-Qur’an): يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّبِىُّ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ شَـٰهِدً۬ا وَمُبَشِّرً۬ا وَنَذِيرً۬ا (QS. al-Ahzaab: 45) dan sebagai penjaga bagi kaum yang ummiy, engkaulah Hamba dan RasulKu, Aku memberimu nama al-Mutawakkil, tidak bersikap keras lagi berhati kasar, dan tidak suka berteriak-teriak di pasaran, Beliau
tidak mau membalas suatu kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi Beliau malah memberi maaf dan mengampuni… . Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (2125) di Kitaabul Buyuu’, dan No (4838) di Kitaabut Tafsiir.

8 Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (6038) di Kitaabul Adab. Muslim, No (51) di Kitaabul Fadhaa-il.

9 Datang Ummu Qais binti Muhshan dengan membawa anaknya yang belum memakan makanan (yakni baru mampu meminum susu saja dan belum kuat memakan makanan – pent) kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau mendudukkannya di dalam kamarnya, dan ternyata anak tersebut kencing di baju beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta air, lalu Beliau memercikkannya pada baju tersebut dan tidak mencucinya.

10 Dan ini semuanya adalah di antara kerendahan diri Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibnul Qayyim berkata dalam kitabnya Madaarijuss Saalikiin (2 / 310) perihal kerendahan diri Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: Dan jika Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati sekumpulan anak kecil, ia pun mengucapkan salam kepada mereka. Dan umat ini pun memegang tangan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, membawanya pergi sesuka hati mereka. Jika selesai makan, Beliau menjilati tiga jari tangannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berada di rumah, membantu kebutuhan keluarganya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah balas dendam untuk dirinya sama sekali. Beliau pun menjahit sandalnya sendiri, juga menambal pakaiannya sendiri.
Memeras susu kambing untuk keluarganya, memberi makan untanya, menyantap hidangan bersama dengan pembantu, duduk-duduk besama orang-orang miskin, berjalan menemui wanita janda dan anak yatim guna memenuhi kebutuhan mereka. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memulai salam jika bertemu dengan seseorang, memenuhi undangan orang-orang yang memanggilnya meskipun dalam perkara yang sangat remeh. Dan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang ringan tangannya, lembut akhlaknya, mulia perilakunya, baik pergaulannya, ceria wajahnya, manis senyumnya, rendah dirinya tanpa hina, dermawan dan tak boros harta, lembut hatinya, penyayang bagi setiap muslim, rendah diri dan kalem terhadap orang-orang mukmin.

11 Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (707, 708, 709, 710) di Kitaabul Adzaan, dan Muslim, No (192) di Kitaabush Shalaah.

12 Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (516) di Kitaabush Shalaah, dan No (5996) di Kitaabul Adab. Muslim, No (41, 42, 43) di Kitaabul Masaajid.

13 Dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi, No (3774) di Kitaabul manaaqib, dia berkata: hadits hasan gharib, sesungguhnya kita mengetahuinya hanya dari hadits Husain bin Waqid. Dan dikeluarkan juga oleh Nasaa-i, No (1412) di Kitaabul Jumu’ah. Dan Abu Daud, No (1109) di Kitaabush Shalaah.

14 Yakni karena khawatir akan terbangnya burung tersebut. Dan maksud dari perkataan seperti ini adalah bahwa mereka diam serius mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, wallahu a’lam, -pent.

15 Dikeluarkan oleh Tirmidzi dalam as-Syamaa-il, No (352), dan dalam sanad-nya terdapat ‘Abdullah at-Tamimi dari anak Abu Halah seseorang yang majhuul (tidak dikenal) sebagaimana yang dikatakan oleh Hafidz Ibnu Hajjar. Dan dalam sanad-nya juga terdapat Jami’ bin ‘Umair bin ‘Abdirrahman al-‘Ajli seorang yang muttaham (dituduh berdusta).
Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam kitabnya at-Taqriib: Dia seorang raafidhi (syi’ah) yang lemah, dan seorang rawi dari Hasan bin Ali tidak diketahui. Lihat: asy-Syamaa-ilul Muhammadiyyah karya Imam Tirmidzi, di periksa oleh Sayyid bin ‘Abbas al-Julaimi (34, 35).

Tag:, , , ,

About Cipto Abu Yahya

Saya hanyalah pedagang ukm yang tidak tertarik untuk dikenal oleh orang banyak. Tapi manfaat yang bisa saya usahakan, diharapkan dapat dirasakan oleh banyak orang..

10 responses to “Akhlak Rasulullah dalam Keberanian, Kelembutan, dan Kemuliaan Akhlak”

  1. insidewinme says :

    Islam, Dien yang haq yang mampu memecahkan problem-problem manusia. Dengan menerapkan sistem Islam yang kekal dan mabda’ (ideologi) Islam yang adil, maka kita pasti akan meraih kemuliaan. Tetapi apabila hal tersebut kita lalaikan dan telantarkan, maka kita tertimpa kehinaan dan akan dihina.

  2. Ana says :

    subhanallooh.orang kafir pun juga kagum pada akhlak Rosulullooh Shollallaahu ‘alayhi wasallam

  3. INAAYAH says :

    Maasya Allah…Rasulullah Muhammad SAW (best is the best)

  4. INAAYAH says :

    Belum pernah ana mendptkan laki2 seperti beliau…..
    Subhaanallah…Berharap akan ada generasi berikutnya yang menyamai akhlak beliau. Aamin

    • Cipto Abi Yahya says :

      Tentu gak ada, paling tidak: hanya mendekati sifatnya yang diteladani dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam aja, karna Nabi adalah hamba Allah yang maksum, terjaga dari kesalahan, dengan sebab Allah senantiasa menjaganya.

  5. ipin rajamuda says :

    YA ALLAH BERIKANLAH DIAKHIRAT NANTI AKU BISA MENCIUM TANGAN RASULULLAH DAN MENJADI ORANG YANG DUDUK BERDEKATAN DENGAN RASUL DISURGA NANTI AMIIIN

  6. Bety says :

    ya allah kapan q bsa brtmu dg Nabi Muhammad . Shallallahu ‘A;aihi Wa Sallam ?

  7. hengky Ayyash says :

    I love Muhammad

Tinggalkan Balasan ke hengky Ayyash Batalkan balasan